Teladan Patriotisme Kyai Surgi, Sang Telik Sandi Diponegoro

Batang - Mendengar nama Kyai Hasan Surgi Jatikusumo hampir seluruh warga mengenalnya, sebagai sosok penting dalam perjuangan Mataram Islam, melawan kolonialisme Belanda di Batavia. Perannya bisa dikatakan sangat potensial karena selain sebagai seorang telik sandi dari Bendara Raden Mas Antawirya atau yang lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro, Kyai Surgi juga mendapat mandat langsung untuk memimpin 1.000 prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Batang kala itu.
Batang - Mendengar nama
Kyai Hasan Surgi Jatikusumo hampir seluruh warga mengenalnya, sebagai sosok
penting dalam perjuangan Mataram Islam, melawan kolonialisme Belanda di
Batavia. Perannya bisa dikatakan sangat potensial karena selain sebagai seorang
telik sandi dari Bendara Raden Mas Antawirya atau yang lebih dikenal dengan Pangeran
Diponegoro, Kyai Surgi juga mendapat mandat langsung untuk memimpin 1.000
prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Batang kala itu.
Tokoh masyarakat Dukuh
Kedungdowo, Alfan Mubarok menerangkan, dalam menyiapkan prajuritnya, Mbah Kyai
Surgi selalu melakukan pemantauan langsung di titik-titik pusat gerilyawan
berlatih bela diri sebelum berperang, di antaranya di Subah dan Limpung.
“Beliau tidak sendiri
dalam melakukan tugas dari Pangeran Diponegoro. Selain prajurit Keraton yang
setia, juga dibantu oleh putranya yang bernama Abdullah yang makamnya
bersebelahan dengan ayahandanya, Mbah Kyai Surgi,” katanya, saat ditemui, di
Makam Mbah Kyai Hasan Surgi Jatikusumo, Dukuh Kedungdowo, Desa Pasekaran,
Kabupaten Batang, Minggu (26/2/2023).
Warga Batang khususnya
Dukuh Kedungdowo mendapatkan banyak pelajaran di bidang agama yakni seputar
akhlak. Tak hanya itu, Mbah Kyai Surgi juga sangat perhatian terhadap bidang
pertanian, sehingga wilayah tersebut menjadi salah satu lumbung pangan bagi
prajurit Mataram ketika melawan VOC.
Ia bersyukur kirab
memperingati Haul Mbah Kyai Surgi dapat kembali digelar setelah tiga tahun
vakum karena pandemi. Manfaatnya sangat besar karena ketokohan dan jiwa
religius serta patriotisme Mbah Kyai Surgi dapat dijadikan teladan bagi
generasi muda.
Juru kunci Makam Kyai
Hasan Surgi Jatikusumo, Mbah Rayu Slamet 62 tahun menuturkan kisah kedatangan
Mbah Kyai Surgi yang didengarnya dari leluhur-leluhurnya. Mbah Slamet sendiri,
sapaan akrabnya, merupakan juru kunci generasi ke-8 dari leluhurnya, Mbah
Tasbin.
“Awalnya, Mbah Kyai
Surgi yang sedang bertapa di tepi sungai, lambat laun hanyut terbawa air,
hingga tersangkut di daerah Kedungdowo dan diselamatkan oleh Mbah Tasbin.
Berkat ketekunannya, Mbah Tasbin diamanati langsung oleh Mbah Kyai Surgi untuk
merawat semua makam di area tersebut,” terangnya.
Mbah Slamet
menceritakan, leluhurnya pernah berpesan bahwa apabila ingin berziarah ke Makam
Mbah Kyai Surgi, peziarah wajib melakukan ritual puasa untuk menjaga kesucian
diri selama tiga atau tujuh hari. Namun lambat laun ritual tersebut tak pernah
lagi dilakukan peziarah.
“Ya kalau sekarang
orang ke makam Mbah Kyai cuma baca Qur'an, berdoa langsung pulang, tanpa
menjalankan ritual puasa,” tuturnya.
Hampir setiap kali ada
peristiwa penting, dirinya (Mbah Slamet), selalu mendapat mimpi dari Mbah Kyai
Surgi. Dalam mimpinya, ia mendapat pesan agar membiarkan rehab kompleks makam
tersebut.
“Nok mrene tak kandani,
kowe njegok kene, pak ora deloke bae (Nak ke sini saya beri tahu, kamu duduk
saja dekat makam, biarkan dan dilihat saja), itu pesan Mbah Kyai Surgi malam
sebelum makam akan direhab,” ujar dia.
Ia berharap, agar para
peziarah terutama generasi muda ikut merawat makam Mbah Kyai Hasan Surgi
Jatikusumo, sehingga kondisi tetap baik. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)