Home / Berita / Kesehatan / HINDARI PENYIMPANGAN SEKSUAL, SEKOLAH WAJIB TERAPKAN PENDIDIKAN KESPRO

Berita

Hindari Penyimpangan Seksual, Sekolah Wajib Terapkan Pendidikan Kespro

Batang Menyikapi meningkatnya jumlah komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) di Kabupaten Batang, Dinas Kesehatan berupaya menekan angka penyebaran dengan mengoptimalkan pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) mulai dari jenjang SD hingga SMA.

Batang Menyikapi meningkatnya jumlah komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) di Kabupaten Batang, Dinas Kesehatan berupaya menekan angka penyebaran dengan mengoptimalkan pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) mulai dari jenjang SD hingga SMA.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Batang Muhammad Wahyudi Agustiana mengatakan, pasca menggelar diskusi bersama Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki, direncanakan tiap lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi, dengan menyesuaikan jenjang pendidikannya.

“Belum lama ini kami menghadap Bu Pj, didampingi KPA, LSM PEKAT dan FKPB. Intinya remaja harus mendapat pendidikan kesehatan reproduksi yang dikhawatirkan rentan berperilaku seks menyimpang karena ilmu yang belum cukup,” katanya, usai menjadi nara sumber dalam Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS di Balai Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Kamis (1/12/2022).

Remaja akan mendapatkan pemahaman yang benar, apabila diedukasi langsung oleh pihak yang membidangi.

“Kalau pengetahuan itu didapat dari internet tanpa ada penyaringnya, dikhawatirkan mereka akan mencoba-coba,” terangnya.

Setelah diedukasi, nantinya anak akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap alat reproduksinya. Terkait fenomena LSL, banyak faktor penyebabnya.

“Munculnya LSL bisa diakibatkan karena pengaruh lingkungan, korban predator berperilaku seks menyimpang,” ungkapnya.

Berdasarkan data tahun 2022 jumlah LSL yang sudah melakukan tes HIV cepat pertama sebanyak 1.949 orang, 109 di antaranya dinyatakan positif HIV/AIDS,” jelasnya.

Di sisi lain ada pula LSL yang disebabkan karena faktor genetik berorientasi seks menyimpang. Untuk penanganannya, pihak Dinas Kesehatan rutin melakukan pemeriksaan kepada penderita tiap tiga bulan sekali.

“Kami juga selalu mengedukasi agar mereka menerapkan pola hidup dan perilaku seksual yang benar serta sehat,” tegasnya.

Ia menambahkan, bagi pelaku LSL yang ingin berperilaku seks yang benar, harus memiliki motivasi kuat dari diri pribadi masing-masing.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Ketanggan, Maimun Rosyid mengakui, selama ini masih mempercayakan pendidikan kesehatan reproduksi kepada guru di tiap sekolah.

“Memang di sekolah belum ada materi khusus seputar pendidikan kesehatan reproduksi. Kami serahkan materi itu kepada guru untuk mengedukasi anak menggunakan bahasa pendidikan yang mudah dipahami,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)