Pelajar Cerdas Perlu Pilih Menu Sehat

Batang - Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jawa Tengah menggencarkan program Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) di 10 sekolah pilihan. Salah satu sasarannya, pelajar SMAN 1 Batang (Smantang), untuk diedukasi agar gemar mengonsumsi makanan sehat sekaligus mengurangi makanan cepat saji.
Batang
- Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jawa Tengah menggencarkan program Beragam,
Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) di 10 sekolah pilihan. Salah satu sasarannya,
pelajar SMAN 1 Batang (Smantang), untuk diedukasi agar gemar mengonsumsi
makanan sehat sekaligus mengurangi makanan cepat saji.
Analis Pola Konsumsi
Pangan Masyarakat, Dishanpan Jateng Verry Aji Kurniawan mengupayakan, pelajar
mulai mengubah pola makannya dari semula yang gemar mengonsumsi makanan cepats
saji, menjadi lebih memperhatikan pola isi piringku dengan pola gizi seimbang.
“Kalau biasanya sering
ngopi dan makan makanan tinggi karbohidrat, sebetulnya bisa disiasati dengan
menguranginya secara bertahap. Dan menggantinya dengan bahan pangan olahan yang
tidak mengharuskan nasi sebagai makanan utama,” katanya, saat menjadi nara sumber
utama, Sosialisasi B2SA, di Aula Smantang, Kabupaten Batang, Senin (20/5/2024).
Ia menyarankan, akan
lebih baik apabila remaja membiasakan untuk mengonsumsi bahan pangan lokal yang
bernilai gizi sama.
“Jadi nasi bisa diganti
singkong, jagung atau lainnya, sayuran, protein dari ikan atau daging serta
buah yang tentu dengan olahan kekinian agar tidak membosankan,” jelasnya.
Ia menegaskan,
sosialisasi ini belum mengarah pada wacana program makan siang gratis. Intinya
mengampanyekan mengubah pola makan lebih berimbang, untuk menyiapkan generasi
emas 2045.
“Jika program itu dimulai
kami harus siap, dengan catatan mengedepankan menu berbasis B2SA,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala
SMAN 1 Batang Saefudin memastikan, anak didiknya terbiasa membawa makanan
olahan dari rumah ketika tiba waktunya makan siang. Hal ini menjadi perhatian
sekolah dan wali murid untuk menjaga kuantitas dan kualitas gizi yang
dikonsumsi.
“Anak-anak sudah terbiasa
membawa makanan sendiri dari rumah, karena lebih sehat dan aman dari bahan
pengawet,” ungkapnya.
Menyikapi wacana program
makan siang gratis, jika program tersebut terlaksana, sebaiknya menggunakan
dana selain Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
“Karena seluruh dana BOS
sudah digunakan untuk kepentingan kegiatan sekolah, seperti peningkatan
kualitas siswa, sarpras dan kualitas guru,” terangnya.
Salah satu siswi, Tasya
mengakui, sering mengonsumsi makanan ringan bersama teman di waktu senggang.
“Biasanya suka minum kopi
sama ngemil diajak teman-teman, biar ga gendut ya diselingi olahraga,” ujar dia.
Materi yang disampaikan
memang baik karena demi kesehatan tubuh. Namun, nyatanya tidak semuanya menu
dipilih untuk dikonsumsi.
“Ada beberapa menu yang
tidak suka, jadi diganti yang lain,” pungkasnya. (MC Batang,
Jateng/Heri/Jumadi)